Kurang lebih tujuh tahun pondok ini, sepeserpun tidak ada uang administrasi/iyuran. Baru sesudah menginjak adanya Madrasah Diniyah, diadakan iyuran yang disebut Syahriyah, mengingat kepentingan yang tidak bisa dihindarkan dan guna kepentingan bersama. Selain itu, melihat dengan semakin banyak-nya santri. Tapi, kami tidak bertindak sendiri semua ini kami musyawarahkan dengan wali santri yang bersangkutan guna agar tidak ada kesalah pahaman. Agar jangan salah mengerti perlu hal-hal dibawh ini, diinsyafi:
- Yang diambil dari santri baik yang baru datang atau santri lama, hanyalah yang wajib-wajib belaka dan itu sudah disepakati dalam musyawarah dengan wali santri sebelumnya.
- Keuangan syahriyah bukan untuk dimakan oleh pengurus atau pak Kyai, dan tidak untuk gaji guru-guru. Karena pengurus sendiri terdiri dari santri-santri, bahkan mereka masih berkewajiban membayar.
- jika ada uang, hanyalah kembali untuk kepentingan anak-anak sendiri, seperti membeli sayur, beras, membayar bulanan listrik dan yang lain, guna lancarnya kegiatan yang ada dalam pondok.
- Pembukuan dipegang oleh pengurus (para santri), tidak ada kekhawatiran bahwa santri-santri atau keungannya itu akan dimakan atau diperas oleh pengurus atau guru-guru atau pak kyai. Hal ini mudah dilihat, mudah diperiksa, mudah diketahui dengan serba ikhlas. Ingat suasana keikhlasan dipondok pesantren ummul qurok.
Tidak perlu sangka-sangka atau buruk sangka,boleh ditanyakan, boleh/siap diperiksa. Dengan demikian rasanya tidak ada salah paham bagi wali santri, atau santri-santri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar